BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang Masalah
Dalam
organisasi diperlukan manajemen yaitu sesuatu untuk mengatur, mengkoordinasikan
semua tugas yang dilakukan oleh orang-orang dan mengarahkannya kepada tujuan
yang hendak dicapai. Supaya unsur-unsur manajemen tertuju serta terarah kepada
tujuan yang diinginkan, maka manajemen harus ada yang mengatur yaitu seorang
pemimpin dengan wewenang kepemimpinannya melalui intruksi dan persuasi.
Seorang
pemimpin harus mempunyai pengetahuan, keterampilan, dapat menganalisa informasi
secara mendalam untuk mengambil suatu keputusan yang tepat, dia juga harus bisa
melibatkan pihak-pihak yang tepat dalam proses pengambilan keputusan. Seorang
pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dapat menciptakan situasi yang menginspirasi
para pengikutnya agar mencapai tujuan yang lebih baik dan lebih tinggi lagi
dari keadaan sekarang. Pada kenyataannya seorang pemimpin yang efektif adalah
orang yang mampu membaca situasi, mengatasi permasalahan, bertanggung-jawab,
mau mengembangkan pengikutnya dan yang terpenting memiliki integritas dan etika
yang baik, karena dia harus memberikan contoh atau bertindak sebagai panutan
bagi pengikutnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka perumusan masalah pada makalah sebagai berikut:
1. Apa itu strategi lokasi
?
2. Apa
itu manajemen persediaan
?
3. Apa
itu material requitment dan JIT ?
4. Apa
itu rantai pemasok ?
5. Apa itu manajemen Tenaga kerja ?
6. Apa itu Manajemen Kualitas?
7. Apa itu manajemen produktivitas?
1.3. Tujuan
Penulisan
Membahas
bagaimana manajemen strategi lokasi, manajemen
persediaan, material requitment dan JIT, rantai pemasok, manajemen Tenaga
kerja, Manajemen Kualitas, dan manajemen produktivitas.
1.4 Manfaat Penulisan
Untuk mengetahui apa itu bagaimana manajemen strategi lokasi, manajemen
persediaan, material requitment dan JIT, rantai pemasok, manajemen Tenaga
kerja, Manajemen Kualitas, dan manajemen produktivitas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 STRATEGI
LOKASI
Masalah lokasi sangat memengaruhi risiko dan keuntungan
perusahaan secara keseluruhan. Misalnya biaya pengangkutan bahan mentah yang
masuk atau produk jadi yang ke luar dari perusahaan, dapat mencapai seperempat
dari harga jual produk. Selain itu lokasi juga dapat memengaruhi biaya pajak,
upah, biaya bahan baku, dan sewa.
Keputusan mengenai lokasi harus diambil perusahaan
sesekali saja, biasanya karena permintaan yang telah melebihi kapasitas pabrik
yang ada atau karena perubahan produktivitas tenaga kerja, perubahan nilait
tukar, biaya-biaya, dan sikap masyarakat setempat. Pilihan-pilihan dalam lokasi
meliputi : Tidak pindah, tetapi memperluas fasilitas yang ada; Mempertahankan
lokasi sekarang dan menambahkan fasilitas lain di tempat lain atau; Menutup
fasilitas yang ada atau pindah ke lokasi lain.
Keputusan lokasi bergantung pada jenis bisnis. Untuk
keputusan lokasi industry, strategi yang digunakan biasanya adalah strategi
untuk meminimalkan biaya, meski inovasi dan kreativitas juga penting. Untuk
bisnis eceran dan jasa profesi, strategi yang digunakan difokuskan pada
memaksimalkan pendapatan. Walaupun demikian, strategi lokasi pemilihan gudang
bisa ditentukan oleh biaya serta kecepatan pengiriman. Tujuan strategi lokasi
adalah memaksimalkan manfaat lokasi bagi perusahaan.
Lokasi dan Biaya – Karena lokasi memengaruhi biaya dan
menentukan penghasilan, lokasi sepenuhnya memiliki kekuatan untuk membuat atau
menghancurkan strategi bisnis perusahaan. Keputusan lokasi yang berdasarkan
pada strategi biaya rendah (low-cost) membutuhkan pertimbangan yang cermat.
Ketika manajemen telah memutuskan untuk beroperasi di satu lokasi tertentu,
banyak biaya yang menjadi tetap dan sulit dikurangi. Oleh karena itu, kerja
keras yang dilakukan manajemen untuk menetapkan lokasi fasilitas yang optimal
merupakan investasi yang baik.
Lokasi dan Inovasi – Saat kreativitas, inovasi, dan
investasi litbang bersifat penting bagi strategi operasi, fokus criteria lokasi
dapat berubah, dari yang awalnya berfokus-pada-biaya, menjadi
berfokus-pada-inovasi Ada empat sifat yang memengaruhi inovasi dan daya saing :
· * Adanya
input berkualitas tinggu dan spesifik, seperti kemampuan ilmiah
dan teknik
*Lingkungan yang kondusif bagi investasi dan persaingan lokal yang ketat
*Tekanan dan wawasan yang didapat dari pasar lokal yg berpengalaman *Adanya industry lokal yang saling terhubung dan mendukung
*Lingkungan yang kondusif bagi investasi dan persaingan lokal yang ketat
*Tekanan dan wawasan yang didapat dari pasar lokal yg berpengalaman *Adanya industry lokal yang saling terhubung dan mendukung
2.1.1 Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Keputusan Lokasi
Menentukan lokasi operasional untuk perusahaan yang
telah menempatkan usahanya secara internasional adalah tidak sederhana. Keputusan
lokasi sudah keluar melebihi batas Negara, pada kenyataannya keputusan lokasi
bagi perusahaan uyang beroperasi secara global dimulai dari mempertimbangkan
berbagai faktor untuk memilih Negara, dilanjutkan untuk memilih wilayah sampai
memilih tempat. Adapun berbagai faktor tersebut diantaranya adalah sebagai
berikut :
Keputusan Pemilihan Lokasi Negara - Adapun faktor yang dipertimbangkan :
1.
Resiko politik yang dihadapi, peraturan yang ada, sikap pemerintah, serta
insentif pemerintah.
2.
Permasalahan budaya dan ekonomi , termasuk budaya korupsi
3.
Lokasi pasar karena produk yang telah dibuat harus dapat diserap oleh pasar
agar keberlangsungan perusahaan dapat terjamin.
4.
Ketersediaan tenaga kerja, upah buruh, produktifitas, karena unsure tenaga
kerja adalah sangat penting bagi perusahaan.
5.
Ketersediaan pasokan, komunikasi dan energi, hal ini disebabkan ketergantungan
perusahaan pada hal-hal tersebut karena tanpa bahan baku, komunikasi maupun
energi maka perusahaan tidak dapat beropoperasi.
6.
Resiko nilai tukar mata uang, karena mata uang dari suatu Negara yang sangat
fluktuatif akan berdampak sangat signifikan bagi kegiatan bisnis.
Keputusan Pemilihan Lokasi Daerah (Region) – Faktor
yang dipertimbangkan diantaranya:
1.
Keinginan perusahaan
2.
Segi-segi yang menarik dari wilayah tersebut (budaya, pajak, iklim)
3.
Ketersediaan tanaga kerja, upah serta sikap terhadap serikat kerja
4.
Biaya dan ketersediaan pelayanan umum.
5.
Peraturan mengenai lingkungan hidup.
6.
Insentif dari pemerintah.
7.
Kedekatan dengan bahan baku dan konsumen.
8.
Biaya tanah dan pendirian bangunan.
Keputusan Lokasi untuk memilih tempat (site) – Adapun
faktor pertimbangannya:
1.
Ukuran dan biaya lokasi
2.
Sistem transportasi udara, kereta, jalan bebas maupunb jalur laut.
3.
Pembatasan daerah.
4.
Kedekatan dengan jasa / pasokan yang dibutiuhkan.
5.
Permasalahan dampak lingkungan.
6.
Di samping globalisasi, sejumlah factor lain juga memengaruhi keputusan lokasi.
Faktor-fakter tersebut antara lain sebagai berikut :
2.2 Manajemen Persediaan
Manajemen
persediaan merupakan salah satu topik yang sangat terkait dengan tujuan manajemen operasi, yaitu meminimalkan total biaya dan
meningkatkan service level. Mengapa demikian? karena dengan mengelola
persediaan dengan tepat perusahaan akan meraih keduanya sekaligus. Jika
rata-rata level persediaan dapat diturunkan maka secara tidak langsung salah
satu komponen biaya produksi dapat ditekan, yang berujung pada peningkatan
margin keuntungan. Satu aspek lainnya yang dapat dicapai dengan pengelolaan
persediaan yang tepat adalah service level kepada pelanggan meningkat, atau
minimal tidak turun.
2.2.1 Persediaan
Persediaan atau kita sebut juga inventori (bahasa inggris yang di-Indonesia-kan) adalah semua item atau sumber daya yang kita simpan (stok) untuk digunakan dalam proses bisnis perusahaan/organisasi. Bentuknya bisa bermacam-macam, mulai dari bahan mentah, barang setengah jadi, barang jadi atau juga komponen pendukung proses produksi. Oleh karena itu, setiap perusahaan pasti memiliki persediaan, hanya saja volumenya saja yang berbeda. Karena setiap item tadi memiliki nilai (biaya yang sudah dikeluarkan untuk mendapatkannya), maka nilai persediaan dapat kita hitung. Idealnya nilai persediaan ini dapat kita kelola dengan tepat agar tidak membebani perusahaan tanpa mengurangi service level kepada pelanggan.
Pertanyaan yang sering muncul adalah apakah item seperti minuman wine, tanah, emas dapat dikategorikan sebagai persediaan? Definisi di atas memungkinkan 2 macam persepsi. Yang pertama mengatakan selama barang-barang tersebut disimpan dan akan dijual kembali (baca: digunakan untuk dijual) maka kita dapat kelompokkan sebagai persediaan. Yang kedua mengatakan istilah “digunakan” adalah untuk proses bisnis perusahaan, bukan untuk dijual apalagi dalam kurun waktu yang lama. Jika pemahamannya demikian, maka wine, tanah dan emas tidak dapat disebut sebagai persediaan. Terlepas dari persepektif mana yang digunakan, karena karakteristiknya khas yaitu bertambah nilainya seiring bertambahnya waktu, maka kelompok item ini tidak kita masukkan ke dalam objek analisis kita dalam manajemen persediaan.
Persediaan atau kita sebut juga inventori (bahasa inggris yang di-Indonesia-kan) adalah semua item atau sumber daya yang kita simpan (stok) untuk digunakan dalam proses bisnis perusahaan/organisasi. Bentuknya bisa bermacam-macam, mulai dari bahan mentah, barang setengah jadi, barang jadi atau juga komponen pendukung proses produksi. Oleh karena itu, setiap perusahaan pasti memiliki persediaan, hanya saja volumenya saja yang berbeda. Karena setiap item tadi memiliki nilai (biaya yang sudah dikeluarkan untuk mendapatkannya), maka nilai persediaan dapat kita hitung. Idealnya nilai persediaan ini dapat kita kelola dengan tepat agar tidak membebani perusahaan tanpa mengurangi service level kepada pelanggan.
Pertanyaan yang sering muncul adalah apakah item seperti minuman wine, tanah, emas dapat dikategorikan sebagai persediaan? Definisi di atas memungkinkan 2 macam persepsi. Yang pertama mengatakan selama barang-barang tersebut disimpan dan akan dijual kembali (baca: digunakan untuk dijual) maka kita dapat kelompokkan sebagai persediaan. Yang kedua mengatakan istilah “digunakan” adalah untuk proses bisnis perusahaan, bukan untuk dijual apalagi dalam kurun waktu yang lama. Jika pemahamannya demikian, maka wine, tanah dan emas tidak dapat disebut sebagai persediaan. Terlepas dari persepektif mana yang digunakan, karena karakteristiknya khas yaitu bertambah nilainya seiring bertambahnya waktu, maka kelompok item ini tidak kita masukkan ke dalam objek analisis kita dalam manajemen persediaan.
2.3 Material Requirement Planning
Ada beberapa pengertian dari MRP, antara lain adalah
sebagai berikut :
1.
Material Requirement Planning (MRP) merupakan suatu teknik atau prosedur
logis untuk menterjemahkan Jadwal Produksi Induk (JPI) dari barang jadi atau
end item menjadi kebutuhan bersih untuk beberapa komponen yang dibutuhkan untuk
mengimplementasikan JPI. MRP ini digunakan untuk menentukan jumlah dari
kebutuhan material untuk mendukung Jadwal Produksi Induk dan kapan kebutuhan
material tersebut dijadwalkan. (Orlicky,et al., 1994).
2.
Material Requirement Planning (MRP) merupakan sistem informasi berbasis
komputer yang didisain untuk memesan dan menjadwalkan permintaan (raw material,
komponen dan sub assemblies) dengan cara yang terkoordinasi.(Oden,et al., 1998)
3. Material
Requirement Planning (MRP) merupakan aktivitas perencanaan material untuk
Seluruh komponen dan raw material (bahan baku) yang dibutuhkan sesuai dengan
Jadwal Produksi Induk (JPI) yang sama halnya dengan demand / permintaan per
komponen (John A. White, et al., 1987).
Perencanaan MRP ini mencakup semua kebutuhan akan
semua komponen MRP yaitu kebutuhan material, dimana terdapat dua fungsi dengan
diterapkannya MRP yaitu Pengendalian persediaan dan Penjadualan produksi.
Sedangkan tujuan dari MRP itu sendiri adalah untuk menentukan kebutuhan
sekaligus untuk mendukung jadwal produksi induk, mengendalikan persediaan,
menjadwalkan produksi, menjaga jadwal valid dan up-to date, serta secara
khusus berguna dalam lingkungan manufaktur yang kompleks dan tidak pasti.
Ada empat tahap dalam proses perencanaan kebutuhan
material, tahapan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Netting (Perhitungan kebutuhan
bersih)
Netting adalah proses perhitungan kebutuhan
bersih yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor denagan keadaan
persediaan.
2. Lotting (Penentuan ukuran pemesanan)
Lotting adalah menentukan besarnya pesanan
setiap individu berdasarkan pada hasil perhitungan netting.
3. Offsetting (Penetapan besarnya waktu
ancang-ancang)
Offsetting bertujuan untuk menentukan saat
yang tepat untuk melaksanakan rencana pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih
yang diinginkan lead time.
4. Exploding (Perhitungan selanjutnya
untuk level di bawahnya)
Exploding adalah proses perhitungan kebutuhan
kotor untuk tingkat level dibawahnya, berdasarkan pada rencana pemesanan.
Dengan MRP ini, kita akan mendapatkan informasi
mengenai :
1. Bahan dan komponen apa saja yang akan dipesan serta berapa banyak yang diperlukan.
2. Kapan waktu komponen tersebut akan dipesan.
3. Apakah komponen tersebut pemesanannya dipercepat, diperlambat atau dibatalkan.
Secara garis besar, out put MRP ini dibagi dalam tiga bagian, yaitu :
1. Bahan dan komponen apa saja yang akan dipesan serta berapa banyak yang diperlukan.
2. Kapan waktu komponen tersebut akan dipesan.
3. Apakah komponen tersebut pemesanannya dipercepat, diperlambat atau dibatalkan.
Secara garis besar, out put MRP ini dibagi dalam tiga bagian, yaitu :
1. MRP Primary Report (Laporan Utama)
Primary Report atau yang
biasa dikenal dengan MRP Report, nerupakan format laporan yang terdiri dari dua
bentuk, yaitu format horizontal (dalam harian dan mingguan) dan format vertikal
(dengan waktu dalam setiap harinya).
2. Action Report (Laporan Kegiatan)
Output ini biasa disebut dengan MRP Expection
Report (laporan pengecualian), perencanaan MRP memfokuskan perhatian
langsung terhadap kebutuhan item dan keputusan selama melakukan kegiatannya.
3. MRP Pegging Report (Laporan Penetapan MRP)
Output ini akan menyediakan sumber dari
kebutuhan pada level tertinggi selanjutnya dalam Bill of material,
seperti tiap pesanan perusahaan yang dikeluarkan dari item pada setiap
kebutuhan kotor.
Dan yang terakhir adalah keuntungan dari MRP (Heizer,et.al., 1993) yaitu sebagai berikut :
1. Meningkatkan pelauyanan dan kepuasan pelanggan
2. Meningkatkan utilitas dari fasilitas dan tega kerja
3. Perencanaan persediaan dan penjadwalan menjadi
lebih baik
4. Respon terhadap perubahan pasar semakin cepat
5. Mengurangi level persediaan tanpa mengurangi
pelayanan pelanggan
Pengendalian persediaan merupakan langkah penting
dalam manajemen persediaan untuk melakukan perhitungan berupa jumlah optimal
tingkat persediaan yang harus ada serta waktu pemesanan
kembali. Pengaturan dan pengawasan terhadap material barang dalam proses dan
barang jadi merupakan bagian penting dalam sistem produksi.
MRP adalah salah satu terobosan besar bagi dunia
industri dalam mengatur bahan-bahan material yang dibutuhkan untuk proses
produksi. Karena dengan MRP perusahaan dapat mengefisiensikan gudang dan
sekaligus mencegah kemungkinan kehabisan bahan material. Semua proses
pengaturan untuk bahan material yang dibutuhkan hanya dengan memasukkan data
yang dibutuhkan dan software MRP yang akan memproses semuanya. Fasilitas yang
disediakan adalah proses pengisian dan pemesanan data dealer penjualan dan
supplier material. Konsep MRP adalah mempermudah pengaturan bahan material.
Oleh karena itu direncanakan software dengan konsep user friendly dan fasilitas
yang benar-benar mempermudah dan mampu meningkatkan efisiensi para pengguna.
Perencanaan kebutuhan material atau sering dikenal
dengan Material Requirement Planning (MRP) adalah suatu sistem informasi
yang terkomputerisasi untuk mengatur persediaan permintaan yang dependent dan
mengatur jadwal produksi. Sistem ini bertujuan untuk mengurangi tingkat
persediaan dan meningkatkan produktivitas. Terdapat dua hal penting dalam MRP
yaitu lead time, dan berapa banyaknya jumlah material yang siap dipesan
Dengan metode MRP dapat memesan sejumlah barang atau
persediaan sesuai dengan jadwal produksi, maka tidak akan ada pembelian barang
walaupun persediaan telah berada pada tingkat terendah. MRP dapat mengatasi masalah-masalah
kompleks dalam persediaan yang memproduksi banyak produk. Masalah yang
ditimbulkannya antara lain kebingungan inefisiensi, pelayanan yang tidak
memuaskan konsumen, dll.
Penentuan kebutuhan material yang pasti dalam proses
produksi akan meminimalkan kerugian yang timbul dalam kaitannya dengan
persediaan. Dengan menggunakan metode MRP untuk melakukan penjadwalan produksi,
maka perusahaan akan menentukan secara tepat perencanaan tanggal penyelesaian
pekerjaan yang realistik, pekerjaan dapat selesai tepat pada waktunya, janji
kepada konsumen dapat ditepati dan waktu tengang pemesanan dapat dikurangi.
2.3.1 Tujuan Material Requirement Planning (MRP)
Tujuan Sistim MRP adalah untuk mengendalikan tingkat
inventori, menentukan prioritas item, dan merencanakan kapasitas yang akan
dibebankan pada sistim produksi. Secara umum tujuan pengelolaan inventori
dengan menggunakan sistim MRP tidak berbeda dengan sistim lain yakni:
- memperbaiki layanan kepada pelanggan,
- meminimisasi investasi pada inventori, dan
- memaksimisasi efisiensi operasi
Filosofi MRP adalah “menyediakan” komponen, material
yang diperlukan pada jumlah, waktu dan tempat yang tepat.
2.3.2 Keunggulan dan Kelemahan Material Requirement Planning
(MRP)
Keunggulan MRP
diantaranya:
1) Memberikan
kemampuan untuk menciptakan harga yang lebih kompetitif,
2) Mengurangi harga jual,
3) mengurangi persediaan,
4) Layanan yang lebih baik kepada pelanggan,
5) respon yang lebih baik terhadap tuntutan pasar,
6) kemampuan mengubah skedul master,
7) mengurangi biaya set-up, dan waktu nganggur (idle
time)
Sedang kelemahan yang pokok adalah menyangkut
kegagalan MRP mencapai tujuan yang disebabkan oleh :
1) kurangnya komitmen dari manajemen puncak dalam
pengimplementasian MRP,
2) MRP dipandang sebagai sesuatu yang terpisah dari
sistim lain, lebih dipandang sebagai sistim yang berdiri sendiri dalam
menjalankan operasi perusahaan daripada sebagai suatu sistim yang terkait
dengan sistim lain dalam perusahaan atau suatu bagian dari keseluruhan sistim
perusahaan,
3) mencoba
menggabungkan MRP dengan JIT tanpa memahami betul karakteristik kedua
pendekatan tersebut,
4) membutuhkan akurasi operasi,
5) kesulitan dalam membuat skedul terinci.
2.3.3 Struktur
Sistim Material Requirement Planning (MRP)
Cara kerja sistim MRP adalah sebagai berikut: pesanan produk dijadikan
dasar untuk membuat skedul produksi master atau Master Production Schedule
(MPS) yang memberikan gambaran tentang jumlah item yang diproduksi selama
periode waktu tertentu. MPS dibuat berdasarkan pada peramalan kebutuhan akan
peralatan yang diperlukan, merupakan proses alokasi untuk mengadakan sejumlah
peralatan yang diinginkan dengan memperhatikan kapasitas yang dipunyai
(pekerja, mesin, dan bahan).
Bill of Material mengidentifikasi material tertentu yang digunakan untuk membuat setiap item dan jumlah yang diperlukan yang dapat disusun dalam bentuk pohon produk (product structure tree). Bill of material ini merupakan sebuah daftar jumlah komponen, campuran bahan dan bahan baku yang diperlukan untuk membuat suatu produk. Bill of material tidak hanya menspesifikasikan produksi, tetapi juga berguna untuk pembebanan biaya, dan dapat dipakai sebagai daftar bahan yang harus dikeluarkan untuk karyawan produksi atau perakitan. Bill of material digunakan dengan cara ini biasanya dinamakan daftar pilih.
Pohon Struktur Produk (Product Structure Tree) Pohon Struktur Produk (Product Structure Tree) adalah salah satu item informasi yang ada dalam Bill of Material. Pohon Struktur Produk (Product Structure Tree) didefinisikan sebagai bagan informasi tentang hubungan antara produk akhir dengan komponen-komponen penyusun produk akhir. Struktur produk merupakan suatu informasi tentang hubungan antara komponen dalam suatu perakitan, juga memberikan informasi tentang semua item, seperti nomor komponen dan jumlah yang dibutuhkan pada setiap pembelian. Struktur produk dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu :
Bill of Material mengidentifikasi material tertentu yang digunakan untuk membuat setiap item dan jumlah yang diperlukan yang dapat disusun dalam bentuk pohon produk (product structure tree). Bill of material ini merupakan sebuah daftar jumlah komponen, campuran bahan dan bahan baku yang diperlukan untuk membuat suatu produk. Bill of material tidak hanya menspesifikasikan produksi, tetapi juga berguna untuk pembebanan biaya, dan dapat dipakai sebagai daftar bahan yang harus dikeluarkan untuk karyawan produksi atau perakitan. Bill of material digunakan dengan cara ini biasanya dinamakan daftar pilih.
Pohon Struktur Produk (Product Structure Tree) Pohon Struktur Produk (Product Structure Tree) adalah salah satu item informasi yang ada dalam Bill of Material. Pohon Struktur Produk (Product Structure Tree) didefinisikan sebagai bagan informasi tentang hubungan antara produk akhir dengan komponen-komponen penyusun produk akhir. Struktur produk merupakan suatu informasi tentang hubungan antara komponen dalam suatu perakitan, juga memberikan informasi tentang semua item, seperti nomor komponen dan jumlah yang dibutuhkan pada setiap pembelian. Struktur produk dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu :
- Struktur produk single level yang menggambarkan
hubungan antara produk akhir komponen-komponen penyusunnya dimana
komponen-komponen tersebut langsung membentuk produk akhir atau berada
satu level di bawah produk akhir.
- Struktur produk multi level yang menggambarkan
hubungan antara produk akhir dengan komponen penyusunnya dimana komponen-komponen
tersebut memerlukan komponen-komponen lain untuk membuatnya dan begitu
seterusnya. Bila dimisalkan untuk membuat 1 unit produk akhir X diperlukan
2 unit komponen A dan 1 unit komponen B. Sementara untuk membuat 1 unit
komponen B diperlukan 3 unit komponen C dan 1 unit komponen D. Dari
informasi tersebut dapat dibuat product structure tree sebagimana tersaji
pada gambar di bawah ini:
File Catatan
Keadaan Persediaan (inventory status), berisi data tentang jumlah unit yang
tersedia dan sedang dipesan, serta berbagai perubahan inventori sehubungan
dengan adanya kerugian akibat sisa bahan, pesanan yang dibatalkan, dll. Intinya
File Catatan Keadaan Persediaan (inventory status) menggambarkan status
semua item yang ada dalam persediaan, dimana semua item persediaan harus
diidentifikasikan untuk menjaga kekeliruan perencanaan, juga harus berisi data
tentang lead time, lot size, teknik lot size, persediaan cadangan dan catatan
penting lainnya.
Tiga sumber tersebut, skedul master, bill of material, dan inventory record menjadi sumber data bagi MRP yang akan menjabarkan skedul produksi menjadi rencana skedul pemesanan secara detil untuk keseluruhan urutan produksi.
Tiga sumber tersebut, skedul master, bill of material, dan inventory record menjadi sumber data bagi MRP yang akan menjabarkan skedul produksi menjadi rencana skedul pemesanan secara detil untuk keseluruhan urutan produksi.
2.5 Manajemen Rantai Pemasok
Manajemen
rantai pasokan dulunya berawal dari urusan logistik militer, sangat berperan
dalam menentukan kemenangan perang, terutama pada perang dunia kedua. Ketika
jaman perang sudah lewat, teknik logistik ini sangat terpakai pada urusan
pengiriman barang. Di sini terjadi kerjasama antara perusahaan pengiriman
dengan gudang, dan pengaturannya mulai dilakukan oleh pihak ketiga.
Perkembangan selanjutnya, pada era globalisasi mulai
banyak perusahaan yang mencari cara bagaimana menurunkan biaya produksi. Banyak
perusahaan multinasional memindahkan pabrik ke negara-negara dengan upah buruh
murah. Indonesia dan beberapa kawasan di Asia adalah contohnya. Di sini
terlihat bahwa logistik memegang peranan yang lebih penting lagi.
Perkembangan ilmu logistik menjadi lebih hebat lagi
ketika munculnya teknologi informasi pada tahun 1980-an. Banyak faktor seperti
makin murahnya komputer, makin cepatnya komputer, makin luasnya adopsi
internet, bandwidth yang makin murah, membuat orang makin mudah berkomunikasi
dan berkolaborasi dengan cara yang semakin efisien. Penerapan teknologi
informasi yang semakin meluas ini menekan kesalahan manusia, menekan biaya
produksi, meningkatkan kualitas sampai pada tingkatan yang luar biasa.
Ilmu logistik akhirnya berkembang menjadi satu mata
rantai pasokan, dengan pendekatan secara sistem yang integral, yang meliputi
Gudang Penyimpanan, Transporasi, Inventory, Pemesanan Barang, dan Jumlah
Barang. Kelima komponen tadi harus dioptimalkan secara keseluruhan.
Optimalisasi secara individual tidak disarankan karena bisa membuat sistem
secara keseluruhan menjadi tidak optimal (atau mahal). Misalnya untuk menekan
biaya produksi kita coba pindahkan gudang penyimpanan ke tempat lain yang lebih
murah. Tapi mungkin ini akan berakibat ongkos transport yang lebih mahal, dan
sebagainya.
2.5.1
Pengertian Manajemen Rantai Pemasok (Supply Chain Management)
Manajemen rantai pasokan (supply-chain management)
adalah pengintegrasian aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan
menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan. Tujuannya
adalah untuk membangun sebuah rantai pemasok yang memusatkan perhatian untuk
memaksimalkan nilai bagi pelanggan. Kunci bagi manajemen rantai pasokan yang
efektif adalah menjadikan para pemasok sebagai “mitra” dalam strategi
perusahaan untuk memenui pasar yang selalu berubah (Heizer and Render, 2005:4)
Indrajit dan Djokopranoto dalam Qolbi Isnanto (2009:3)
mengungkapkan Supply chain management (SCM) adalah suatu sistem tempat
organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya.
Rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling
berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin
menyelenggarakan pengadaan atau barang tersebut, istilah supply chain meliputi
juga proses perubahan barang tersebut, misalnya dari barang mentah menjadi
barang jadi. Manajemen rantai pasok merupakan integrasi aktivitas-aktivitas
yang berawal dari pengadaan barang dan jasa, mengubah bahan baku menjadi barang
dalam proses dan barang jadi, serta mengantarkan barang-barang tersebut kepada
para pelanggannya dengan cara yang efisien. Dalam definisi tersebut, secara
umum pemahaman rantai pasok akan mengandung makna terjadinya aliran material
dari awal sampai ke konsumen dengan memperhatikan faktor ketepatan waktu,
biaya, dan jumlah produknya.
Dalam definisi operasional pengertian rantai pasok
terdapat tiga aspek yang perlu diperhatikan yaitu berikut ini.
- Manajemen Rantai Pasok adalah suatu pendekatan
yang digunakan untuk mencapai pengintegrasian yang efisien dari supplier, manufacturer,
distributor, retailer, dan customer.
- Manajemen Rantai Pasok mempunyai dampak terhadap
pengendalian biaya.
- Manajemen Rantai Pasok mempunyai peranan penting
dalam meningkatkan kualitas pelayanan perusahaan kepada pelanggan.
Untuk mengelola aliran barang dan jasa dalam rantai
pasok, pertama-tama yang harus diketahui adalah gambaran sesungguhnya dan
lengkap mengenai seluruh mata rantai yang ada, mulai dari yang pertama sampai
yang terakhir. Misalnya, rantai pasok dari pabrik kertas adalah dimulai dari
hutan kayu sebagai penghasil bahan baku, bahan penolong, peralatan, dan pemasok
lain yang terlibat. Di samping itu, perlu juga diketahui berbagai sifat
pergerakan rantai pasok untuk berbagai persediaan. Maksud dari persediaan
adalah beberapa jenis barang yang disimpan di gudang yang mempunyai sifat
pergerakan yang agak berbeda satu sama lain sehingga panjang-pendeknya rantai
pasok juga berbeda tergantung dari metode pemenuhan bahan baku maupun metode
inventory yang dipilih oleh pelaku bisnisnya. Terdapat beberapa jenis
persediaan, yaitu sebagai berikut.
- Bahan baku (raw materials).
- Barang setengah jadi (work in process product).
- Barang komoditas (commodity).
- Barang proyek.
Keberhasilan manajemen rantai pasok
memerlukan:
- dukungan sumber daya manusia, kepemimpinan dan
komitmen untuk berubah;
- memahami sejauh mana perubahan yang diperlukan;
- menyetujui visi dan proses inti manajemen rantai
pasok;
- komitmen pada perlunya sumber daya dan kekuasaan
atau wewenang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Proses-proses bisnis inti manajemen
rantai pasok meliputi berikut ini.
- Customer Relationship Management (CRM).
- Customer Service Management (CSM).
- Demand Management.
- Customer Demand Fulfillment.
- Manufacturing Flow Management.
- Procurement.
- Pengembangan Produk dan Komersialisasi.
- Retur.
2.5.2
Kinerja Manajemen Rantai Pemasok
Mengelola aliran barang dan jasa dalam rantai pasok,
yang harus diketahui pertama-tama adalah gambaran sesungguhnya dan lengkap
mengenai seluruh mata rantai yang ada. Beberapa hal yang dijadikan pertimbangan
dalam pengelolaan rantai pasok adalah sebagai berikut.
- Sasaran Lingkup Pasar (Market Coverage
Objectives).
- Perilaku Pembelian Pelanggan (Customer Buying
Behavior).
- Tipe Distribusi.
- Distribusi intensif.
- Distribusi selektif.
- Distribusi eksklusif.
Perancangan aliran rantai pasok akan semakin kompleks
saat pelaku masing-masing tahap rantai pasok mempunyai pelaku tambahan,
misalnya distributor mempunyai sub distributor untuk daerah tertentu. Dengan
demikian, pola pikir perancangan aliran rantai pasok juga harus
mempertimbangkan kompleksitasnya, terutama dalam melakukan kontrol secara
efektif sehingga akan didapatkan suatu alir produk yang dapat dimonitor dengan
baik dari pengadaan bahan baku sampai pada penyerahan produk ke pelanggan.
Untuk itulah, terkait dengan karakteristik produk terdapat sembilan
karakteristik produk yang seharusnya dianalisis oleh perancang:
- Nilai Produk (The Product’s Value).
- Dasar-dasar Teknis Produk (The Techicality of the
product).
- Tingkat Dukungan Pasar (The Degree of Market
Acceptance).
- Tingkat Kemampuan Substitusi (The Degree of
Substitutability).
- Bulk Produk (The Product’s Bulk).
- Kemampuan jangka panjang produk (The Product’s
Perishability).
- Tingkat Konsentrasi pasar (The Degree of Market
Concentration).
- Musiman (Seasonality).
- Batas Kedalaman dan Kelebaran Lini Produk (The
Width and Depth of The Product Line).
Kinerja manajemen rantai pasok adalah semua aktivitas
pemenuhan permintaan konsumen yang dinyatakan secara kuantitatif. Hasil
akhirnya adalah angka atau persentase dari aktivitas pemenuhan permintaan
pelanggan oleh perusahaan.
Tujuan dari pengukuran kinerja
adalah:
- Untuk menciptakan proses penyampaian (delivery)
secara fisik (barang mengalir dengan lancar dan persediaan tidak terlalu
tinggi).
- Melakukan stream lining information flow (adanya
aliran informasi di antara tiap-tiap channel).
- Cash flow yang baik pada setiap channel dalam
rantai pasok.
Aliran material dalam rantai pasok juga sering kali
dikaitkan dengan berbagai macam pengukuran keuangan perusahaan. Namun,
pengukuran persediaan dapat dibagi menjadi tiga bentuk dasar, yaitu nilai
agregat rata-rata persediaan, minggu pasokan, dan perputaran persediaan. Nilai
agregat rata-rata persediaan adalah nilai total seluruh item yang tersimpan
dalam persediaan. Minggu pasokan adalah penilaian persediaan yang diperoleh
dengan cara membagi rata-rata nilai agregat persediaan berdasarkan penjualan
per minggu berdasar biaya (at cost). Perputaran persediaan adalah penghitungan
persediaan yang diperoleh dengan membagi penjualan tahunan (berdasar biaya)
dengan nilai agregat rata-rata persediaan selama satu tahun.
2.5.2
Aktivitas Rantai Pemasok
Terdapat empat aktivitas utama dalam rantai pasokan
yaitu perencanaan (plan), sumber (source), membuat (make/assemble), dan
pengiriman (deliver) (Gunasekaran et al, 2004:344)
Klapper et al (1999:3-4) menyebut
keempat aktivitas ini sebagai fungsi, yang memiliki definisi sebagai berikut:
• Perencanaan (plan): Proses yang
memyeimbangkan permintaan dan penawaran agregat untuk membangun jalan terbaik
dari tindakan yang memenuhi aturan bisnis yang ditetapkan.
• Sumber (source): Proses yang
melakukan pengadaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan yang direncanakan
atau aktual.
• Membuat (make): Proses yang
mengubah barang ke tahap penyelesaian untuk memenuhi kebutuhan yang
direncanakan atau aktual.
• Pengiriman (deliver): Proses yang
menyediakan barang jadi dan jasa, termasuk manajemen pemesanan, manajemen
transportasi, dan manajemen gudang, untuk memenuhi kebutuhan yang direncanakan
atau aktual.
Menurut Heizer and Render (2005:4)
manajemen rantai pasokan mencakup aktivitas untuk menentukan:
1) Transportasi ke vendor.
2) Pemindahan uang secara kredit dan
tunai.
3) Para pemasok.
4) Bank dan distributor.
5) Utang dan piutang usaha.
6) Pergudangan dan tingkat
persediaan.
7) Pemenuhan pesanan.
8) Berbagi informasi pelanggan,
prediksi, dan produksi.
2.5.4 Strategi Rantai Pemasok
Menurut
Heizer and Render (2005:9-13) perusahaan harus memutuskan suatu strategi rantai
pasokan dalam memperoleh barang dan jasa dari luar. Beberapa strategi tersebut
antara lain:
• Banyak Pemasok
Dengan strategi banyak pemasok,
pemasok menanggapi permintaan dan spesifikasi permintaan penawaran, dengan
pesananyang umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran rendah.
• Sedikit Pemasok
Strategi yang memiliki sedikit
pemasok mengimplikasikan bahwa daripada mencari atribut jangka pendek, seperti
biaya rendah, pembeli lebih ingin menjalin hubungan jangka panjang dengan
pemasok yang setia. Penggunaan pemasok yang hanya sedikit dapat menciptakan
nilai dengan memungkinkan pemasok memiliki skala ekonomi dan kurva belajar yang
menghasilkan biaya transaksi dan biaya produksi yang lebih rendah.
• Integrasi Vertikal
Integrasi vertikal mengembangkan
kemampuan untk memproduksi barang atau jasa yang sebelumnya dibeli atau membeli
perusahaan pemasok atau distributor. Integrasi vertikal dapat mengambil bentuk
integrasi maju atau mundur. Integrasi mundur menyarankan perusahaan untuk
membeli pemasoknya. Integrasi maju menyarankan produsen komponen untuk membuat
produk jadi.
• Jaringan Keiretsu
Keiretsu merupakan sebuah istilah
bahasa Jepang untuk menggambarkan para ng menjadi bagian dari sebuah
perusahaan.Anggota keiratsu dipastikan memiliki hubungan jangka panjang dan
karenanya diharapkan dapat berperan sebagai mitra yang memberikan keahlian
teknis da kestabilan mutu produksi.
• Perusahaan Virtual
Perusahaan yang mengandalkan beragam
hubungan pemasok untuk menyediakan jasa atas permintaan yang diinginkan. Juga
dikenal sebagai korporasi berongga atau perusahaan jaringan.
2.5.5 Permasalah dan Peluang dalam
Rantai Pasoka yang Terintegrasi
Tiga pemasalah merumitkan pengembangan rantai pasokan
yang efisien da terintegrasi yaitu optimasi lokal, intensif, dan lot besar
(Hezer and Render, 2005:15)
• Optimasi Lokal
Anggota rantai pasokan harus
memusatkan perhatian untuk memaksimalkan keuntungan lokal atau meminimalkan
biaya langsung berdasarkan pada pengetahuan mereka yang terbatas. Sedikit
kenaikan atau penuruna permintaan iasanya diatasi secara berlebihan, karena
tidak ada seorang pun yang ingin memiliki persediaan yang mengalami kekosongan
stok atau berlebihan.
• Insentif (Insentif Penjualan,
Potogan karena Kuantitas, dan Promosi)
Insentif memasukkan barang dagangan
ke rantai pasokan untuk penjualan yang belum terjadi. Hal ini menimbulkan
fluktuasi yang mahal bagi semua anggota rantai.
• Lot Besar
Sering terjadi penyimpangan dalam
lot besar sebab hal ini cenderung mengurangi biaya per unit. Manajer logistik
inginmengirimkan lot besar, terutama dengan truk yang penuh dengan muatan, dan
manajer produksi menginginkan produksi berjalan jangka panjang. kedua hal ini
menurunkan biaya per unit, namun gagal menunjukkan penjualan yang nyata.
Terdapat beberapa peluang dalam rantai pasokan yang
terintegrasi. Peluang untuk manajemen yang efektif dalam rantai pasokan
meliputi 10 hal berikut (Heizer and Render, 2005:16-19)
1. Data “Pull” yang Akurat
Data pull yaitu data penjualan yang
menganjurkan transaksi untuk “menarik” produk melalui rantai pasokan.
2. Pengurangan Ukuran Lot
Kurangi ukuran lot dengan manajemen
yang agresif. Hal ini meliputi (1) membuat pengiriman yang ekonomis, yang
kurang dari lot muatan truk; (2) menyediakan potongan harga berdasarkan pada
volume tahunan total, bukannya pada ukuran pengiriman individu; dan (3)
mengurangi ongkos pemesanan melalui teknik tertentu seperti pesanan tetap dan
berbagai bentuk pembelian elektronik.
3. Kontrol Satu Tahap Pengisian
Kembali
Menunjuk satu anggota dalam rantai
pasokan sebagai penanggung jawab untuk mengawasi dan mengatur persediaan dalam
rantai pasokan sebagai penanggung jawab untuk mengawasi dan mengatur persediaan
dalam rantai pasokan berdasarkan “pull’ dari pelanggan.
4. Persediaan yang Dikelola Vendor
Penggunaan pemasok lokal untuk
menjaga persediaan bagi produsen untuk menjaga persediaan bagi produsen atau
pedagang eceran.
5. Penangguhan
Menunda modifikasi atau penyesuaian
apa pun pada produk selama mungkin dalam proses produksi.
6. Perakitan Saluran
Menangguhkan perakitan akhir sebuah
produk sehingga saluran distribusi dapat merakitnya. Dengan strategi ini,
persediaan barang jadi dikurangi karena dibuat untuk peramalan yang lebih
singkat dan akurat.
7. Drop Shipping dan Pengemasan
Khusus
Pengiriman langsung dari pemasok ke
konsumen, dan bukan dari penjual, yang menghemat waktu dan biaya pengiriman
ulang.
8. Blanked Order
Sebuah komitmen kesanggupan
pembelian jangka panjang bagi suatu pemasok untuk barang yang akan dikirim
berdasarkan dokumen pelepasan jangka pendek.
9. Standarisasi
Mengurangi banyaknya variasi dalam
komponen dan material untuk membantu mengurangi biaya.
10. Pemesanan Elektronik dan
Pemindahan Dana
Pemesanan elektronik dan pemindahan
dana mengurangi transaksi dengan menggunkan kertas. Departemen pembelian dapat
mengurangi banyaknya pekerjaan ini denganmenggunakan pemesanan secara
elektronik untuk membayar unit yang diterima. Pemesana elektronik tidak hanya
dapat mengurangi pekerjaan administrasi, tetapi juga mempercepat siklus
pembelian tradisonal yang panjang.
Tahap-tahap dalam pembuatan
keputusan rantai pasokan:
- Strategi atau rancangan rantai pasokan.
Selama tahap ini memberikan rencana
pemasaran dan penentuan harga bagi produk, perusahaan memutuskan bagaimana
struktur rantai pasokan pada beberapa tahun ke depan.
- Perencanaan rantai pasokan.
Keputusan yang dibuat selama tahap
ini kerangka waktu yang dipertimbangkan adalah seperempat tahun. Susunan rantai
pasokan ditentukan fase strategic yang telah pasti. Susunan ini menentukan
hambatan yang ada. Keberhasilan perencanaan untuk memaksimumkan surplus rantai
pasokan yang dapat dihasilkan dengan perencanaan memberikan hambatan yang
timbul selama fase design atau strategic.
- Operasi rantai pasokan
Waktu yang
digunakan disini adalah mingguan atau harian, dan selama fase ini perusahaan
membuat keputusan berdasarkan order pelanggan individual.
2.6 Produktivitas Tenaga Kerja
Saat memutuskan sebuah lokasi,manajemen mungkin
tergiur dengan tingkat upah yang rendah pada suatu daerah. Dengan tingkat
pendidikan yang rendah atau kebiasaan kerja yang buruk, pekerja yang tidak
terlatih mungkin bukan merupakan hal yang baik bagi perusahaan walaupun upahnya
rendah. Demikian pula pekerja yang tidak dapat atau tidak konsisten dalam
bekerja tidak memberikan kebaikan bagi organisasi walaupun upahnya rendah.
2.7 Pengertian Manajemen Mutu
Mutu merupakan suatu yang sangat penting bagi organisasi,
maka dari itu diperlukan suatu pengelolaan agar mutu yang baik bisa dicapai
oleh suatu organisasi. Pengelolaan ini sering disebut dengan istilah manajemen
mutu. Seperti halnya dengan mutu, manajemen mutu juga mempunyai beberapa
pengertian. Menurut Ishikawa dalam M. N. Nasution (2001), manajemen mutu adalah
gabungan semua fungsi manajemen, semua bagian dari suatu perusahaan dan semua orang
ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork,
produktivitas, dan kepuasan pelanggan. Definisi lainnya mengatakan bahwa
manajemen mutu merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai
strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan
seluruh anggota organisasi. Manajemen mutu merupakan sistem manajemen yang
berfokus pada pada orang/ karyawan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen
mutu merupakan gabungan dari semua fungsi manajemen yang dibangun berdasarkan
konsep kualitas dan berorientasi pada kepuasan pelanggan.
Manajemen mutu sendiri mempunyai tiga unsur utama,
seperti yang dinyatakan oleh M. N. Nasution (2001) yaitu sebagai berikut:
1. Strategi nilai pelanggan
Nilai pelanggan adalah manfaat
yang dapat diperoleh pelanggan atas penggunaan barang/jasa yang dihasilkan
perusahaan dan pengorbanan pelanggan untuk memperolehnya. Strategi ini
merupakan perencanaan bisnis untuk memberikan nilai bagi pelanggan termasuk karakteristik
produk, cara penyampaian, pelayanan, dan sebagainya.
2. Sistem organisasional
Sistem organisasional berfokus
pada penyediaan nilai bagi pelanggan. Sistem ini mencakup tenaga kerja,
material, mesin, metode operasi dan pelaksanaan kerja, aliran proses kerja,
arus informasi, dan pembuatan keputusan.
3. Perbaikan kualitas berkelanjutan
Perbaikan kualitas diperlukan
untuk menghadapi lingkungan eksternal yang selalu berubah, terutama perubahan
selera pelanggan. Konsep ini menuntut adanya komitmen untuk melakukan pengujian
kualitas produk secara kontinu, akan dapat memuaskan pelanggan.
2.8 Manajemen Produktivitas
Produktivitas adalah transformasi input –
output dikatakan baik bila ada produktivitas (perbandingan antara output dengan
input). Produktivitas meningkat membuktikan prosesnya semakin efisien.Bagaimana
cara meningkatkan produktivitas?
-
Meningkatkan output, input konstan.
-
Meningkatkan input, output konstan.
Satuan produktivitas tergantung
pada satuan output dan satuan inputnya.
BAB III
KESIMPULAN
1.. Keputusan
mengenai lokasi harus diambil perusahaan sesekali saja, biasanya karena
permintaan yang telah melebihi kapasitas pabrik yang ada atau karena perubahan
produktivitas tenaga kerja, perubahan nilait tukar, biaya-biaya, dan sikap
masyarakat setempat. Pilihan-pilihan dalam lokasi meliputi : Tidak pindah,
tetapi memperluas fasilitas yang ada; Mempertahankan lokasi sekarang dan
menambahkan fasilitas lain di tempat lain atau; Menutup fasilitas yang ada atau
pindah ke lokasi lain.
2. Manajemen persediaan merupakan salah satu topik
yang sangat terkait dengan tujuan manajemen operasi, yaitu meminimalkan total biaya dan
meningkatkan service level. Mengapa demikian? karena dengan mengelola
persediaan dengan tepat perusahaan akan meraih keduanya sekaligus. Jika
rata-rata level persediaan dapat diturunkan maka secara tidak langsung salah satu
komponen biaya produksi dapat ditekan, yang berujung pada peningkatan margin
keuntungan. Satu aspek lainnya yang dapat dicapai dengan pengelolaan persediaan
yang tepat adalah service level kepada pelanggan meningkat, atau minimal tidak
turun.
3. Perencanaan
MRP ini mencakup semua kebutuhan akan semua komponen MRP yaitu kebutuhan
material, dimana terdapat dua fungsi dengan diterapkannya MRP yaitu
Pengendalian persediaan dan Penjadualan produksi. Sedangkan tujuan dari MRP itu
sendiri adalah untuk menentukan kebutuhan sekaligus untuk mendukung jadwal
produksi induk, mengendalikan persediaan, menjadwalkan produksi, menjaga jadwal
valid dan up-to date, serta secara khusus berguna dalam lingkungan
manufaktur yang kompleks dan tidak pasti.
4. Manajemen rantai
pasokan dulunya berawal dari urusan logistik militer, sangat berperan dalam
menentukan kemenangan perang, terutama pada perang dunia kedua. Ketika jaman
perang sudah lewat, teknik logistik ini sangat terpakai pada urusan pengiriman
barang. Di sini terjadi kerjasama antara perusahaan pengiriman dengan gudang,
dan pengaturannya mulai dilakukan oleh pihak ketiga.
5. Saat
memutuskan sebuah lokasi,manajemen mungkin tergiur dengan tingkat upah yang
rendah pada suatu daerah. Dengan tingkat pendidikan yang rendah atau kebiasaan
kerja yang buruk, pekerja yang tidak terlatih mungkin bukan merupakan hal yang
baik bagi perusahaan walaupun upahnya rendah. Demikian pula pekerja yang tidak
dapat atau tidak konsisten dalam bekerja tidak memberikan kebaikan bagi organisasi
walaupun upahnya rendah.
6. manajemen mutu adalah
gabungan semua fungsi manajemen, semua bagian dari suatu perusahaan dan semua
orang ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas,
teamwork, produktivitas, dan kepuasan pelanggan. Definisi lainnya mengatakan bahwa
manajemen mutu merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai
strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan
seluruh anggota organisasi. Manajemen mutu merupakan sistem manajemen yang
berfokus pada pada orang/ karyawan.
7. Produktivitas adalah transformasi input – output dikatakan
baik bila ada produktivitas (perbandingan antara output dengan input).
Produktivitas meningkat membuktikan prosesnya semakin efisien.Bagaimana cara meningkatkan produktivitas?