Selasa, 23 Desember 2014

MANAJEMEN OPERASI

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang Masalah
     Dalam organisasi diperlukan manajemen yaitu sesuatu untuk mengatur, mengkoordinasikan semua tugas yang dilakukan oleh orang-orang dan mengarahkannya kepada tujuan yang hendak dicapai. Supaya unsur-unsur manajemen tertuju serta terarah kepada tujuan yang diinginkan, maka manajemen harus ada yang mengatur yaitu seorang pemimpin dengan wewenang kepemimpinannya melalui intruksi dan persuasi. 
Seorang pemimpin harus mempunyai pengetahuan, keterampilan, dapat menganalisa informasi secara mendalam untuk mengambil suatu keputusan yang tepat, dia juga harus bisa melibatkan pihak-pihak yang tepat dalam proses pengambilan keputusan. Seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dapat menciptakan situasi yang menginspirasi para pengikutnya agar mencapai tujuan yang lebih baik dan lebih tinggi lagi dari keadaan sekarang. Pada kenyataannya seorang pemimpin yang efektif adalah orang yang mampu membaca situasi, mengatasi permasalahan, bertanggung-jawab, mau mengembangkan pengikutnya dan yang terpenting memiliki integritas dan etika yang baik, karena dia harus memberikan contoh atau bertindak sebagai panutan bagi pengikutnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah pada makalah sebagai berikut:
1.      Apa itu strategi lokasi ?
2.      Apa itu manajemen persediaan ?
3.      Apa itu material requitment dan JIT ?
4.      Apa itu rantai pemasok ?
5.      Apa itu manajemen Tenaga kerja ?
6.      Apa itu Manajemen Kualitas?
7.      Apa itu manajemen produktivitas?

1.3.      Tujuan Penulisan
            Membahas bagaimana manajemen strategi lokasi, manajemen persediaan, material requitment dan JIT, rantai pemasok, manajemen Tenaga kerja, Manajemen Kualitas, dan manajemen produktivitas.


1.4       Manfaat Penulisan
            Untuk mengetahui apa itu bagaimana manajemen strategi lokasi, manajemen persediaan, material requitment dan JIT, rantai pemasok, manajemen Tenaga kerja, Manajemen Kualitas, dan manajemen produktivitas.











BAB II
PEMBAHASAN
2.1       STRATEGI LOKASI
            Masalah lokasi sangat memengaruhi risiko dan keuntungan perusahaan secara keseluruhan. Misalnya biaya pengangkutan bahan mentah yang masuk atau produk jadi yang ke luar dari perusahaan, dapat mencapai seperempat dari harga jual produk. Selain itu lokasi juga dapat memengaruhi biaya pajak, upah, biaya bahan baku, dan sewa.
            Keputusan mengenai lokasi harus diambil perusahaan sesekali saja, biasanya karena permintaan yang telah melebihi kapasitas pabrik yang ada atau karena perubahan produktivitas tenaga kerja, perubahan nilait tukar, biaya-biaya, dan sikap masyarakat setempat. Pilihan-pilihan dalam lokasi meliputi : Tidak pindah, tetapi memperluas fasilitas yang ada; Mempertahankan lokasi sekarang dan menambahkan fasilitas lain di tempat lain atau; Menutup fasilitas yang ada atau pindah ke lokasi lain.
            Keputusan lokasi bergantung pada jenis bisnis. Untuk keputusan lokasi industry, strategi yang digunakan biasanya adalah strategi untuk meminimalkan biaya, meski inovasi dan kreativitas juga penting. Untuk bisnis eceran dan jasa profesi, strategi yang digunakan difokuskan pada memaksimalkan pendapatan. Walaupun demikian, strategi lokasi pemilihan gudang bisa ditentukan oleh biaya serta kecepatan pengiriman. Tujuan strategi lokasi adalah memaksimalkan manfaat lokasi bagi perusahaan.
            Lokasi dan Biaya – Karena lokasi memengaruhi biaya dan menentukan penghasilan, lokasi sepenuhnya memiliki kekuatan untuk membuat atau menghancurkan strategi bisnis perusahaan. Keputusan lokasi yang berdasarkan pada strategi biaya rendah (low-cost) membutuhkan pertimbangan yang cermat. Ketika manajemen telah memutuskan untuk beroperasi di satu lokasi tertentu, banyak biaya yang menjadi tetap dan sulit dikurangi. Oleh karena itu, kerja keras yang dilakukan manajemen untuk menetapkan lokasi fasilitas yang optimal merupakan investasi yang baik.
            Lokasi dan Inovasi – Saat kreativitas, inovasi, dan investasi litbang bersifat penting bagi strategi operasi, fokus criteria lokasi dapat berubah, dari yang awalnya berfokus-pada-biaya, menjadi berfokus-pada-inovasi Ada empat sifat yang memengaruhi inovasi dan daya saing :
·     * Adanya input berkualitas tinggu dan spesifik, seperti kemampuan ilmiah    dan teknik
*Lingkungan yang kondusif bagi investasi dan persaingan lokal yang ketat
*Tekanan dan wawasan yang didapat dari pasar lokal yg berpengalaman *Adanya industry lokal yang saling terhubung dan mendukung



2.1.1    Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keputusan Lokasi
            Menentukan lokasi operasional untuk perusahaan yang telah menempatkan usahanya secara internasional adalah tidak sederhana. Keputusan lokasi sudah keluar melebihi batas Negara, pada kenyataannya keputusan lokasi bagi perusahaan uyang beroperasi secara global dimulai dari mempertimbangkan berbagai faktor untuk memilih Negara, dilanjutkan untuk memilih wilayah sampai memilih tempat. Adapun berbagai faktor tersebut diantaranya adalah sebagai berikut  :
Keputusan Pemilihan Lokasi Negara  - Adapun faktor yang dipertimbangkan :
1.       Resiko politik yang dihadapi, peraturan yang ada, sikap pemerintah, serta insentif pemerintah.
2.       Permasalahan budaya dan ekonomi , termasuk budaya korupsi
3.       Lokasi pasar karena produk yang telah dibuat harus dapat diserap oleh pasar agar keberlangsungan perusahaan dapat terjamin.
4.       Ketersediaan tenaga kerja, upah buruh, produktifitas, karena unsure tenaga kerja adalah sangat penting bagi perusahaan.
5.       Ketersediaan pasokan, komunikasi dan energi, hal ini disebabkan ketergantungan perusahaan pada hal-hal tersebut karena tanpa bahan baku, komunikasi maupun energi maka perusahaan tidak dapat beropoperasi.
6.       Resiko nilai tukar mata uang, karena mata uang dari suatu Negara yang sangat fluktuatif akan berdampak sangat signifikan bagi kegiatan bisnis.
Keputusan Pemilihan Lokasi Daerah (Region) – Faktor yang dipertimbangkan diantaranya:
1.       Keinginan perusahaan
2.       Segi-segi yang menarik dari wilayah tersebut (budaya, pajak, iklim)
3.       Ketersediaan tanaga kerja, upah serta sikap terhadap serikat kerja
4.       Biaya dan ketersediaan pelayanan umum.
5.       Peraturan mengenai lingkungan hidup.
6.       Insentif dari pemerintah.
7.       Kedekatan dengan bahan baku dan konsumen.
8.       Biaya tanah dan pendirian bangunan.

Keputusan Lokasi untuk memilih tempat (site) – Adapun faktor pertimbangannya:
1.       Ukuran dan biaya lokasi
2.       Sistem transportasi udara, kereta, jalan bebas maupunb jalur laut.
3.       Pembatasan daerah.
4.       Kedekatan dengan jasa / pasokan yang dibutiuhkan.
5.       Permasalahan dampak lingkungan.
6.       Di samping globalisasi, sejumlah factor lain juga memengaruhi keputusan lokasi. Faktor-fakter tersebut antara lain sebagai berikut :

2.2       Manajemen Persediaan

            Manajemen persediaan merupakan salah satu topik yang sangat terkait dengan tujuan manajemen operasi, yaitu meminimalkan total biaya dan meningkatkan service level. Mengapa demikian? karena dengan mengelola persediaan dengan tepat perusahaan akan meraih keduanya sekaligus. Jika rata-rata level persediaan dapat diturunkan maka secara tidak langsung salah satu komponen biaya produksi dapat ditekan, yang berujung pada peningkatan margin keuntungan. Satu aspek lainnya yang dapat dicapai dengan pengelolaan persediaan yang tepat adalah service level kepada pelanggan meningkat, atau minimal tidak turun.
2.2.1    Persediaan
            Persediaan atau kita sebut juga inventori (bahasa inggris yang di-Indonesia-kan) adalah semua item atau sumber daya yang kita simpan (stok) untuk digunakan dalam proses bisnis perusahaan/organisasi. Bentuknya bisa bermacam-macam, mulai dari bahan mentah, barang setengah jadi, barang jadi atau juga komponen pendukung proses produksi. Oleh karena itu, setiap perusahaan pasti memiliki persediaan, hanya saja volumenya saja yang berbeda. Karena setiap item tadi memiliki nilai (biaya yang sudah dikeluarkan untuk mendapatkannya), maka nilai persediaan dapat kita hitung. Idealnya nilai persediaan ini dapat kita kelola dengan tepat agar tidak membebani perusahaan tanpa mengurangi service level kepada pelanggan.
Pertanyaan yang sering muncul adalah apakah item seperti minuman wine, tanah, emas dapat dikategorikan sebagai persediaan? Definisi di atas memungkinkan 2 macam persepsi. Yang pertama mengatakan selama barang-barang tersebut disimpan dan akan dijual kembali (baca: digunakan untuk dijual) maka kita dapat kelompokkan sebagai persediaan. Yang kedua mengatakan istilah “digunakan” adalah untuk proses bisnis perusahaan, bukan untuk dijual apalagi dalam kurun waktu yang lama. Jika pemahamannya demikian, maka wine, tanah dan emas tidak dapat disebut sebagai persediaan. Terlepas dari persepektif mana yang digunakan, karena karakteristiknya khas yaitu bertambah nilainya seiring bertambahnya waktu, maka kelompok item ini tidak kita masukkan ke dalam objek analisis kita dalam manajemen persediaan.
2.3       Material Requirement Planning
            Ada beberapa pengertian dari MRP, antara lain adalah sebagai berikut :
1.      Material Requirement Planning (MRP) merupakan suatu teknik atau prosedur logis untuk menterjemahkan Jadwal Produksi Induk (JPI) dari barang jadi atau end item menjadi kebutuhan bersih untuk beberapa komponen yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan JPI. MRP ini digunakan untuk menentukan jumlah dari kebutuhan material untuk mendukung Jadwal Produksi Induk dan kapan kebutuhan material tersebut dijadwalkan. (Orlicky,et al., 1994).
2.      Material Requirement Planning (MRP) merupakan sistem informasi berbasis komputer yang didisain untuk memesan dan menjadwalkan permintaan (raw material, komponen dan sub assemblies) dengan cara yang terkoordinasi.(Oden,et al., 1998)
3.    Material Requirement Planning (MRP) merupakan aktivitas perencanaan material untuk Seluruh komponen dan raw material (bahan baku) yang dibutuhkan sesuai dengan Jadwal Produksi Induk (JPI) yang sama halnya dengan demand / permintaan per komponen (John A. White, et al., 1987).
            Perencanaan MRP ini mencakup semua kebutuhan akan semua komponen MRP yaitu kebutuhan material, dimana terdapat dua fungsi dengan diterapkannya MRP yaitu Pengendalian persediaan dan Penjadualan produksi. Sedangkan tujuan dari MRP itu sendiri adalah untuk menentukan kebutuhan sekaligus untuk mendukung jadwal produksi induk, mengendalikan persediaan, menjadwalkan produksi, menjaga jadwal valid dan up-to date, serta secara khusus berguna dalam lingkungan manufaktur yang kompleks dan tidak pasti.
Ada empat tahap dalam proses perencanaan kebutuhan material, tahapan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Netting (Perhitungan kebutuhan bersih)
Netting adalah proses perhitungan kebutuhan bersih yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor denagan keadaan persediaan.
2. Lotting (Penentuan ukuran pemesanan)
Lotting adalah menentukan besarnya pesanan setiap individu berdasarkan pada hasil perhitungan netting.
3. Offsetting (Penetapan besarnya waktu ancang-ancang)
Offsetting bertujuan untuk menentukan saat yang tepat untuk melaksanakan rencana pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih yang diinginkan lead time.
4. Exploding (Perhitungan selanjutnya untuk level di bawahnya)
Exploding adalah proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat level dibawahnya, berdasarkan pada rencana pemesanan.
            Dengan MRP ini, kita akan mendapatkan informasi mengenai :
1. Bahan dan komponen apa saja yang akan dipesan serta berapa banyak yang diperlukan.
2. Kapan waktu komponen tersebut akan dipesan.
3. Apakah komponen tersebut pemesanannya dipercepat, diperlambat atau dibatalkan.
            Secara garis besar, out put MRP ini dibagi dalam tiga bagian, yaitu :
1. MRP Primary Report (Laporan Utama)
Primary Report atau yang biasa dikenal dengan MRP Report, nerupakan format laporan yang terdiri dari dua bentuk, yaitu format horizontal (dalam harian dan mingguan) dan format vertikal (dengan waktu dalam setiap harinya).
2. Action Report (Laporan Kegiatan)
Output ini biasa disebut dengan MRP Expection Report (laporan pengecualian), perencanaan MRP memfokuskan perhatian langsung terhadap kebutuhan item dan keputusan selama melakukan kegiatannya.
3. MRP Pegging Report (Laporan Penetapan MRP)
Output ini akan menyediakan sumber dari kebutuhan pada level tertinggi selanjutnya dalam Bill of material, seperti tiap pesanan perusahaan yang dikeluarkan dari item pada setiap kebutuhan kotor.

Dan yang terakhir adalah keuntungan dari MRP (Heizer,et.al., 1993) yaitu sebagai berikut :
1. Meningkatkan pelauyanan dan kepuasan pelanggan
2. Meningkatkan utilitas dari fasilitas dan tega kerja
3. Perencanaan persediaan dan penjadwalan menjadi lebih baik
4. Respon terhadap perubahan pasar semakin cepat
5. Mengurangi level persediaan tanpa mengurangi pelayanan pelanggan
            Pengendalian persediaan merupakan langkah penting dalam manajemen persediaan untuk melakukan perhitungan berupa jumlah optimal tingkat persediaan yang harus ada     serta waktu pemesanan kembali. Pengaturan dan pengawasan terhadap material barang dalam proses dan barang jadi merupakan bagian penting dalam sistem produksi.
            MRP adalah salah satu terobosan besar bagi dunia industri dalam mengatur bahan-bahan material yang dibutuhkan untuk proses produksi. Karena dengan MRP perusahaan dapat mengefisiensikan gudang dan sekaligus mencegah kemungkinan kehabisan bahan material. Semua proses pengaturan untuk bahan material yang dibutuhkan hanya dengan memasukkan data yang dibutuhkan dan software MRP yang akan memproses semuanya. Fasilitas yang disediakan adalah proses pengisian dan pemesanan data dealer penjualan dan supplier material. Konsep MRP adalah mempermudah pengaturan bahan material. Oleh karena itu direncanakan software dengan konsep user friendly dan fasilitas yang benar-benar mempermudah dan mampu meningkatkan efisiensi para pengguna.
            Perencanaan kebutuhan material atau sering dikenal dengan Material Requirement Planning (MRP) adalah suatu sistem informasi yang terkomputerisasi untuk mengatur persediaan permintaan yang dependent dan mengatur jadwal produksi. Sistem ini bertujuan untuk mengurangi tingkat persediaan dan meningkatkan produktivitas. Terdapat dua hal penting dalam MRP yaitu lead time, dan berapa banyaknya jumlah material yang siap dipesan
            Dengan metode MRP dapat memesan sejumlah barang atau persediaan sesuai dengan jadwal produksi, maka tidak akan ada pembelian barang walaupun persediaan telah berada pada tingkat terendah. MRP dapat mengatasi masalah-masalah kompleks dalam persediaan yang memproduksi banyak produk. Masalah yang ditimbulkannya antara lain kebingungan inefisiensi, pelayanan yang tidak memuaskan konsumen, dll.
Penentuan kebutuhan material yang pasti dalam proses produksi akan meminimalkan kerugian yang timbul dalam kaitannya dengan persediaan. Dengan menggunakan metode MRP untuk melakukan penjadwalan produksi, maka perusahaan akan menentukan secara tepat perencanaan tanggal penyelesaian pekerjaan yang realistik, pekerjaan dapat selesai tepat pada waktunya, janji kepada konsumen dapat ditepati dan waktu tengang pemesanan dapat dikurangi.

2.3.1    Tujuan Material Requirement Planning (MRP)
            Tujuan Sistim MRP adalah untuk mengendalikan tingkat inventori, menentukan prioritas item, dan merencanakan kapasitas yang akan dibebankan pada sistim produksi. Secara umum tujuan pengelolaan inventori dengan menggunakan sistim MRP tidak berbeda dengan sistim lain yakni:
  1. memperbaiki layanan kepada pelanggan,
  2. meminimisasi investasi pada inventori, dan
  3. memaksimisasi efisiensi operasi
Filosofi MRP adalah “menyediakan” komponen, material yang diperlukan pada jumlah, waktu dan tempat yang tepat.

2.3.2    Keunggulan dan Kelemahan Material Requirement Planning (MRP)
        Keunggulan MRP diantaranya:
 1) Memberikan kemampuan untuk menciptakan harga yang lebih kompetitif,
2) Mengurangi harga jual,
3) mengurangi persediaan,
4) Layanan yang lebih baik kepada pelanggan,
5) respon yang lebih baik terhadap tuntutan pasar,
6) kemampuan mengubah skedul master,
7) mengurangi biaya set-up, dan waktu nganggur (idle time)
            Sedang kelemahan yang pokok adalah menyangkut kegagalan MRP mencapai tujuan yang disebabkan oleh :
1) kurangnya komitmen dari manajemen puncak dalam pengimplementasian MRP,
2) MRP dipandang sebagai sesuatu yang terpisah dari sistim lain, lebih dipandang sebagai sistim yang berdiri sendiri  dalam menjalankan operasi perusahaan daripada sebagai suatu sistim yang terkait dengan sistim lain dalam perusahaan atau suatu bagian dari keseluruhan sistim perusahaan,
 3) mencoba menggabungkan MRP dengan JIT tanpa memahami betul karakteristik kedua pendekatan tersebut,
4) membutuhkan akurasi operasi,
5) kesulitan dalam membuat skedul terinci.

2.3.3    Struktur Sistim Material Requirement Planning (MRP)
    Cara kerja sistim MRP adalah sebagai berikut: pesanan produk dijadikan dasar untuk membuat skedul produksi master atau Master Production Schedule (MPS) yang memberikan gambaran tentang jumlah item yang diproduksi selama periode waktu tertentu. MPS dibuat berdasarkan pada peramalan kebutuhan akan peralatan yang diperlukan, merupakan proses alokasi untuk mengadakan sejumlah peralatan yang diinginkan dengan memperhatikan kapasitas yang dipunyai (pekerja, mesin, dan bahan).
        Bill of Material mengidentifikasi material tertentu yang digunakan untuk membuat setiap item dan jumlah yang diperlukan yang dapat disusun dalam bentuk pohon produk (product structure tree). Bill of  material ini merupakan sebuah daftar jumlah komponen, campuran bahan dan bahan baku yang diperlukan untuk membuat suatu produk. Bill of material tidak hanya menspesifikasikan produksi, tetapi juga berguna untuk pembebanan biaya, dan dapat dipakai sebagai daftar bahan yang harus dikeluarkan untuk karyawan produksi atau perakitan. Bill of material digunakan dengan cara ini biasanya dinamakan daftar pilih.
        Pohon Struktur Produk (Product Structure Tree) Pohon Struktur Produk (Product Structure Tree) adalah salah satu item informasi yang ada dalam Bill of Material. Pohon Struktur Produk (Product Structure Tree) didefinisikan sebagai bagan informasi tentang hubungan antara produk akhir dengan komponen-komponen penyusun produk akhir. Struktur produk merupakan suatu informasi tentang hubungan antara komponen dalam suatu perakitan, juga memberikan informasi tentang semua item, seperti nomor komponen dan jumlah yang dibutuhkan pada setiap pembelian. Struktur produk dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu :
  • Struktur produk single level yang menggambarkan hubungan antara produk akhir komponen-komponen penyusunnya dimana komponen-komponen tersebut langsung membentuk produk akhir atau berada satu level di bawah produk akhir.
  • Struktur produk multi level yang menggambarkan hubungan antara produk akhir dengan komponen penyusunnya dimana komponen-komponen tersebut memerlukan komponen-komponen lain untuk membuatnya dan begitu seterusnya. Bila dimisalkan untuk membuat 1 unit produk akhir X diperlukan 2 unit komponen A dan 1 unit komponen B. Sementara untuk membuat 1 unit komponen B diperlukan 3 unit komponen C dan 1 unit komponen D. Dari informasi tersebut dapat dibuat product structure tree sebagimana tersaji pada gambar di bawah ini:
            File Catatan Keadaan Persediaan (inventory status), berisi data tentang jumlah unit yang tersedia dan sedang dipesan, serta berbagai perubahan inventori sehubungan dengan adanya kerugian akibat sisa bahan, pesanan yang dibatalkan, dll. Intinya File Catatan Keadaan Persediaan (inventory status)  menggambarkan status semua item yang ada dalam persediaan, dimana semua item persediaan harus diidentifikasikan untuk menjaga kekeliruan perencanaan, juga harus berisi data tentang lead time, lot size, teknik lot size, persediaan cadangan dan catatan penting lainnya.
            Tiga sumber tersebut, skedul master, bill of material, dan inventory record menjadi sumber data bagi MRP yang akan menjabarkan skedul produksi menjadi rencana skedul pemesanan secara detil untuk keseluruhan urutan produksi.
2.5       Manajemen Rantai Pemasok
            Manajemen rantai pasokan dulunya berawal dari urusan logistik militer, sangat berperan dalam menentukan kemenangan perang, terutama pada perang dunia kedua. Ketika jaman perang sudah lewat, teknik logistik ini sangat terpakai pada urusan pengiriman barang. Di sini terjadi kerjasama antara perusahaan pengiriman dengan gudang, dan pengaturannya mulai dilakukan oleh pihak ketiga.
            Perkembangan selanjutnya, pada era globalisasi mulai banyak perusahaan yang mencari cara bagaimana menurunkan biaya produksi. Banyak perusahaan multinasional memindahkan pabrik ke negara-negara dengan upah buruh murah. Indonesia dan beberapa kawasan di Asia adalah contohnya. Di sini terlihat bahwa logistik memegang peranan yang lebih penting lagi.
            Perkembangan ilmu logistik menjadi lebih hebat lagi ketika munculnya teknologi informasi pada tahun 1980-an. Banyak faktor seperti makin murahnya komputer, makin cepatnya komputer, makin luasnya adopsi internet, bandwidth yang makin murah, membuat orang makin mudah berkomunikasi dan berkolaborasi dengan cara yang semakin efisien. Penerapan teknologi informasi yang semakin meluas ini menekan kesalahan manusia, menekan biaya produksi, meningkatkan kualitas sampai pada tingkatan yang luar biasa.
            Ilmu logistik akhirnya berkembang menjadi satu mata rantai pasokan, dengan pendekatan secara sistem yang integral, yang meliputi Gudang Penyimpanan, Transporasi, Inventory, Pemesanan Barang, dan Jumlah Barang. Kelima komponen tadi harus dioptimalkan secara keseluruhan. Optimalisasi secara individual tidak disarankan karena bisa membuat sistem secara keseluruhan menjadi tidak optimal (atau mahal). Misalnya untuk menekan biaya produksi kita coba pindahkan gudang penyimpanan ke tempat lain yang lebih murah. Tapi mungkin ini akan berakibat ongkos transport yang lebih mahal, dan sebagainya.


2.5.1      Pengertian Manajemen Rantai Pemasok (Supply Chain Management)
            Manajemen rantai pasokan (supply-chain management) adalah pengintegrasian aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan. Tujuannya adalah untuk membangun sebuah rantai pemasok yang memusatkan perhatian untuk memaksimalkan nilai bagi pelanggan. Kunci bagi manajemen rantai pasokan yang efektif adalah menjadikan para pemasok sebagai “mitra” dalam strategi perusahaan untuk memenui pasar yang selalu berubah (Heizer and Render, 2005:4)
            Indrajit dan Djokopranoto dalam Qolbi Isnanto (2009:3) mengungkapkan Supply chain management (SCM) adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau barang tersebut, istilah supply chain meliputi juga proses perubahan barang tersebut, misalnya dari barang mentah menjadi barang jadi. Manajemen rantai pasok merupakan integrasi aktivitas-aktivitas yang berawal dari pengadaan barang dan jasa, mengubah bahan baku menjadi barang dalam proses dan barang jadi, serta mengantarkan barang-barang tersebut kepada para pelanggannya dengan cara yang efisien. Dalam definisi tersebut, secara umum pemahaman rantai pasok akan mengandung makna terjadinya aliran material dari awal sampai ke konsumen dengan memperhatikan faktor ketepatan waktu, biaya, dan jumlah produknya.
            Dalam definisi operasional pengertian rantai pasok terdapat tiga aspek yang perlu diperhatikan yaitu berikut ini.
  1. Manajemen Rantai Pasok adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk mencapai pengintegrasian yang efisien dari supplier, manufacturer, distributor, retailer, dan customer.
  2. Manajemen Rantai Pasok mempunyai dampak terhadap pengendalian biaya.
  3. Manajemen Rantai Pasok mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan perusahaan kepada pelanggan.
            Untuk mengelola aliran barang dan jasa dalam rantai pasok, pertama-tama yang harus diketahui adalah gambaran sesungguhnya dan lengkap mengenai seluruh mata rantai yang ada, mulai dari yang pertama sampai yang terakhir. Misalnya, rantai pasok dari pabrik kertas adalah dimulai dari hutan kayu sebagai penghasil bahan baku, bahan penolong, peralatan, dan pemasok lain yang terlibat. Di samping itu, perlu juga diketahui berbagai sifat pergerakan rantai pasok untuk berbagai persediaan. Maksud dari persediaan adalah beberapa jenis barang yang disimpan di gudang yang mempunyai sifat pergerakan yang agak berbeda satu sama lain sehingga panjang-pendeknya rantai pasok juga berbeda tergantung dari metode pemenuhan bahan baku maupun metode inventory yang dipilih oleh pelaku bisnisnya. Terdapat beberapa jenis persediaan, yaitu sebagai berikut.
  1. Bahan baku (raw materials).
  2. Barang setengah jadi (work in process product).
  3. Barang komoditas (commodity).
  4. Barang proyek.
Keberhasilan manajemen rantai pasok memerlukan:
  1. dukungan sumber daya manusia, kepemimpinan dan komitmen untuk berubah;
  2. memahami sejauh mana perubahan yang diperlukan;
  3. menyetujui visi dan proses inti manajemen rantai pasok;
  4. komitmen pada perlunya sumber daya dan kekuasaan atau wewenang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Proses-proses bisnis inti manajemen rantai pasok meliputi berikut ini.
  1. Customer Relationship Management (CRM).
  2. Customer Service Management (CSM).
  3. Demand Management.
  4. Customer Demand Fulfillment.
  5. Manufacturing Flow Management.
  6. Procurement.
  7. Pengembangan Produk dan Komersialisasi.
  8. Retur.
2.5.2      Kinerja Manajemen Rantai Pemasok
            Mengelola aliran barang dan jasa dalam rantai pasok, yang harus diketahui pertama-tama adalah gambaran sesungguhnya dan lengkap mengenai seluruh mata rantai yang ada. Beberapa hal yang dijadikan pertimbangan dalam pengelolaan rantai pasok adalah sebagai berikut.
  1. Sasaran Lingkup Pasar (Market Coverage Objectives).
  2. Perilaku Pembelian Pelanggan (Customer Buying Behavior).
  3. Tipe Distribusi.
    1. Distribusi intensif.
    2. Distribusi selektif.
    3. Distribusi eksklusif.
            Perancangan aliran rantai pasok akan semakin kompleks saat pelaku masing-masing tahap rantai pasok mempunyai pelaku tambahan, misalnya distributor mempunyai sub distributor untuk daerah tertentu. Dengan demikian, pola pikir perancangan aliran rantai pasok juga harus mempertimbangkan kompleksitasnya, terutama dalam melakukan kontrol secara efektif sehingga akan didapatkan suatu alir produk yang dapat dimonitor dengan baik dari pengadaan bahan baku sampai pada penyerahan produk ke pelanggan. Untuk itulah, terkait dengan karakteristik produk terdapat sembilan karakteristik produk yang seharusnya dianalisis oleh perancang:
  1. Nilai Produk (The Product’s Value).
  2. Dasar-dasar Teknis Produk (The Techicality of the product).
  3. Tingkat Dukungan Pasar (The Degree of Market Acceptance).
  4. Tingkat Kemampuan Substitusi (The Degree of Substitutability).
  5. Bulk Produk (The Product’s Bulk).
  6. Kemampuan jangka panjang produk (The Product’s Perishability).
  7. Tingkat Konsentrasi pasar (The Degree of Market Concentration).
  8. Musiman (Seasonality).
  9. Batas Kedalaman dan Kelebaran Lini Produk (The Width and Depth of The Product Line).
            Kinerja manajemen rantai pasok adalah semua aktivitas pemenuhan permintaan konsumen yang dinyatakan secara kuantitatif. Hasil akhirnya adalah angka atau persentase dari aktivitas pemenuhan permintaan pelanggan oleh perusahaan.
Tujuan dari pengukuran kinerja adalah:
  1. Untuk menciptakan proses penyampaian (delivery) secara fisik (barang mengalir dengan lancar dan persediaan tidak terlalu tinggi).
  2. Melakukan stream lining information flow (adanya aliran informasi di antara tiap-tiap channel).
  3. Cash flow yang baik pada setiap channel dalam rantai pasok.
            Aliran material dalam rantai pasok juga sering kali dikaitkan dengan berbagai macam pengukuran keuangan perusahaan. Namun, pengukuran persediaan dapat dibagi menjadi tiga bentuk dasar, yaitu nilai agregat rata-rata persediaan, minggu pasokan, dan perputaran persediaan. Nilai agregat rata-rata persediaan adalah nilai total seluruh item yang tersimpan dalam persediaan. Minggu pasokan adalah penilaian persediaan yang diperoleh dengan cara membagi rata-rata nilai agregat persediaan berdasarkan penjualan per minggu berdasar biaya (at cost). Perputaran persediaan adalah penghitungan persediaan yang diperoleh dengan membagi penjualan tahunan (berdasar biaya) dengan nilai agregat rata-rata persediaan selama satu tahun.
2.5.2      Aktivitas Rantai Pemasok
            Terdapat empat aktivitas utama dalam rantai pasokan yaitu perencanaan (plan), sumber (source), membuat (make/assemble), dan pengiriman (deliver) (Gunasekaran et al, 2004:344)
Klapper et al (1999:3-4) menyebut keempat aktivitas ini sebagai fungsi, yang memiliki definisi sebagai berikut:
• Perencanaan (plan): Proses yang memyeimbangkan permintaan dan penawaran agregat untuk membangun jalan terbaik dari tindakan yang memenuhi aturan bisnis yang ditetapkan.
• Sumber (source): Proses yang melakukan pengadaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan yang direncanakan atau aktual.
• Membuat (make): Proses yang mengubah barang ke tahap penyelesaian untuk memenuhi kebutuhan yang direncanakan atau aktual.
• Pengiriman (deliver): Proses yang menyediakan barang jadi dan jasa, termasuk manajemen pemesanan, manajemen transportasi, dan manajemen gudang, untuk memenuhi kebutuhan yang direncanakan atau aktual.
Menurut Heizer and Render (2005:4) manajemen rantai pasokan mencakup aktivitas untuk menentukan:
1) Transportasi ke vendor.
2) Pemindahan uang secara kredit dan tunai.
3) Para pemasok.
4) Bank dan distributor.
5) Utang dan piutang usaha.
6) Pergudangan dan tingkat persediaan.
7) Pemenuhan pesanan.
8) Berbagi informasi pelanggan, prediksi, dan produksi.
2.5.4  Strategi Rantai Pemasok
            Menurut Heizer and Render (2005:9-13) perusahaan harus memutuskan suatu strategi rantai pasokan dalam memperoleh barang dan jasa dari luar. Beberapa strategi tersebut antara lain:
• Banyak Pemasok
Dengan strategi banyak pemasok, pemasok menanggapi permintaan dan spesifikasi permintaan penawaran, dengan pesananyang umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran rendah.
• Sedikit Pemasok
Strategi yang memiliki sedikit pemasok mengimplikasikan bahwa daripada mencari atribut jangka pendek, seperti biaya rendah, pembeli lebih ingin menjalin hubungan jangka panjang dengan pemasok yang setia. Penggunaan pemasok yang hanya sedikit dapat menciptakan nilai dengan memungkinkan pemasok memiliki skala ekonomi dan kurva belajar yang menghasilkan biaya transaksi dan biaya produksi yang lebih rendah.
• Integrasi Vertikal
Integrasi vertikal mengembangkan kemampuan untk memproduksi barang atau jasa yang sebelumnya dibeli atau membeli perusahaan pemasok atau distributor. Integrasi vertikal dapat mengambil bentuk integrasi maju atau mundur. Integrasi mundur menyarankan perusahaan untuk membeli pemasoknya. Integrasi maju menyarankan produsen komponen untuk membuat produk jadi.
• Jaringan Keiretsu
Keiretsu merupakan sebuah istilah bahasa Jepang untuk menggambarkan para ng menjadi bagian dari sebuah perusahaan.Anggota keiratsu dipastikan memiliki hubungan jangka panjang dan karenanya diharapkan dapat berperan sebagai mitra yang memberikan keahlian teknis da kestabilan mutu produksi.
• Perusahaan Virtual
Perusahaan yang mengandalkan beragam hubungan pemasok untuk menyediakan jasa atas permintaan yang diinginkan. Juga dikenal sebagai korporasi berongga atau perusahaan jaringan.
2.5.5  Permasalah dan Peluang dalam Rantai Pasoka yang Terintegrasi
            Tiga pemasalah merumitkan pengembangan rantai pasokan yang efisien da terintegrasi yaitu optimasi lokal, intensif, dan lot besar (Hezer and Render, 2005:15)
• Optimasi Lokal
Anggota rantai pasokan harus memusatkan perhatian untuk memaksimalkan keuntungan lokal atau meminimalkan biaya langsung berdasarkan pada pengetahuan mereka yang terbatas. Sedikit kenaikan atau penuruna permintaan iasanya diatasi secara berlebihan, karena tidak ada seorang pun yang ingin memiliki persediaan yang mengalami kekosongan stok atau berlebihan.
• Insentif (Insentif Penjualan, Potogan karena Kuantitas, dan Promosi)
Insentif memasukkan barang dagangan ke rantai pasokan untuk penjualan yang belum terjadi. Hal ini menimbulkan fluktuasi yang mahal bagi semua anggota rantai.
• Lot Besar
Sering terjadi penyimpangan dalam lot besar sebab hal ini cenderung mengurangi biaya per unit. Manajer logistik inginmengirimkan lot besar, terutama dengan truk yang penuh dengan muatan, dan manajer produksi menginginkan produksi berjalan jangka panjang. kedua hal ini menurunkan biaya per unit, namun gagal menunjukkan penjualan yang nyata.
            Terdapat beberapa peluang dalam rantai pasokan yang terintegrasi. Peluang untuk manajemen yang efektif dalam rantai pasokan meliputi 10 hal berikut (Heizer and Render, 2005:16-19)
1. Data “Pull” yang Akurat
Data pull yaitu data penjualan yang menganjurkan transaksi untuk “menarik” produk melalui rantai pasokan.
2. Pengurangan Ukuran Lot
Kurangi ukuran lot dengan manajemen yang agresif. Hal ini meliputi (1) membuat pengiriman yang ekonomis, yang kurang dari lot muatan truk; (2) menyediakan potongan harga berdasarkan pada volume tahunan total, bukannya pada ukuran pengiriman individu; dan (3) mengurangi ongkos pemesanan melalui teknik tertentu seperti pesanan tetap dan berbagai bentuk pembelian elektronik.
3. Kontrol Satu Tahap Pengisian Kembali
Menunjuk satu anggota dalam rantai pasokan sebagai penanggung jawab untuk mengawasi dan mengatur persediaan dalam rantai pasokan sebagai penanggung jawab untuk mengawasi dan mengatur persediaan dalam rantai pasokan berdasarkan “pull’ dari pelanggan.
4. Persediaan yang Dikelola Vendor
Penggunaan pemasok lokal untuk menjaga persediaan bagi produsen untuk menjaga persediaan bagi produsen atau pedagang eceran.
5. Penangguhan
Menunda modifikasi atau penyesuaian apa pun pada produk selama mungkin dalam proses produksi.
6. Perakitan Saluran
Menangguhkan perakitan akhir sebuah produk sehingga saluran distribusi dapat merakitnya. Dengan strategi ini, persediaan barang jadi dikurangi karena dibuat untuk peramalan yang lebih singkat dan akurat.
7. Drop Shipping dan Pengemasan Khusus
Pengiriman langsung dari pemasok ke konsumen, dan bukan dari penjual, yang menghemat waktu dan biaya pengiriman ulang.
8. Blanked Order
Sebuah komitmen kesanggupan pembelian jangka panjang bagi suatu pemasok untuk barang yang akan dikirim berdasarkan dokumen pelepasan jangka pendek.
9. Standarisasi
Mengurangi banyaknya variasi dalam komponen dan material untuk membantu mengurangi biaya.
10. Pemesanan Elektronik dan Pemindahan Dana
Pemesanan elektronik dan pemindahan dana mengurangi transaksi dengan menggunkan kertas. Departemen pembelian dapat mengurangi banyaknya pekerjaan ini denganmenggunakan pemesanan secara elektronik untuk membayar unit yang diterima. Pemesana elektronik tidak hanya dapat mengurangi pekerjaan administrasi, tetapi juga mempercepat siklus pembelian tradisonal yang panjang.
Tahap-tahap dalam pembuatan keputusan rantai pasokan:
  • Strategi atau rancangan rantai pasokan.
Selama tahap ini memberikan rencana pemasaran dan penentuan harga bagi produk, perusahaan memutuskan bagaimana struktur rantai pasokan pada beberapa tahun ke depan.
  • Perencanaan rantai pasokan.
Keputusan yang dibuat selama tahap ini kerangka waktu yang dipertimbangkan adalah seperempat tahun. Susunan rantai pasokan ditentukan fase strategic yang telah pasti. Susunan ini menentukan hambatan yang ada. Keberhasilan perencanaan untuk memaksimumkan surplus rantai pasokan yang dapat dihasilkan dengan perencanaan memberikan hambatan yang timbul selama fase design atau strategic.
  • Operasi rantai pasokan
Waktu yang digunakan disini adalah mingguan atau harian, dan selama fase ini perusahaan membuat keputusan berdasarkan order pelanggan individual.
2.6       Produktivitas Tenaga Kerja
            Saat memutuskan sebuah lokasi,manajemen mungkin tergiur dengan tingkat upah yang rendah pada suatu daerah. Dengan tingkat pendidikan yang rendah atau kebiasaan kerja yang buruk, pekerja yang tidak terlatih mungkin bukan merupakan hal yang baik bagi perusahaan walaupun upahnya rendah. Demikian pula pekerja yang tidak dapat atau tidak konsisten dalam bekerja tidak memberikan kebaikan bagi organisasi walaupun upahnya rendah.



2.7       Pengertian Manajemen Mutu
            Mutu merupakan suatu yang sangat penting bagi organisasi, maka dari itu diperlukan suatu pengelolaan agar mutu yang baik bisa dicapai oleh suatu organisasi. Pengelolaan ini sering disebut dengan istilah manajemen mutu. Seperti halnya dengan mutu, manajemen mutu juga mempunyai beberapa pengertian. Menurut Ishikawa dalam M. N. Nasution (2001), manajemen mutu adalah gabungan semua fungsi manajemen, semua bagian dari suatu perusahaan dan semua orang ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan kepuasan pelanggan. Definisi lainnya mengatakan bahwa manajemen mutu merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. Manajemen mutu merupakan sistem manajemen yang berfokus pada pada orang/ karyawan.
            Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen mutu merupakan gabungan dari semua fungsi manajemen yang dibangun berdasarkan konsep kualitas dan berorientasi pada kepuasan pelanggan.
            Manajemen mutu sendiri mempunyai tiga unsur utama, seperti yang dinyatakan oleh M. N. Nasution (2001) yaitu sebagai berikut:
1.    Strategi nilai pelanggan
Nilai pelanggan adalah manfaat yang dapat diperoleh pelanggan atas penggunaan barang/jasa yang dihasilkan perusahaan dan pengorbanan pelanggan untuk memperolehnya. Strategi ini merupakan perencanaan bisnis untuk memberikan nilai bagi pelanggan termasuk karakteristik produk, cara penyampaian, pelayanan, dan sebagainya.
2.    Sistem organisasional
Sistem organisasional berfokus pada penyediaan nilai bagi pelanggan. Sistem ini mencakup tenaga kerja, material, mesin, metode operasi dan pelaksanaan kerja, aliran proses kerja, arus informasi, dan pembuatan keputusan.

3.    Perbaikan kualitas berkelanjutan
Perbaikan kualitas diperlukan untuk menghadapi lingkungan eksternal yang selalu berubah, terutama perubahan selera pelanggan. Konsep ini menuntut adanya komitmen untuk melakukan pengujian kualitas produk secara kontinu, akan dapat memuaskan pelanggan.
2.8       Manajemen Produktivitas
            Produktivitas adalah transformasi input – output dikatakan baik bila ada produktivitas (perbandingan antara output dengan input). Produktivitas meningkat membuktikan prosesnya semakin efisien.Bagaimana cara meningkatkan produktivitas?
-          Meningkatkan output, input konstan.
-          Meningkatkan input, output konstan.
Satuan produktivitas tergantung pada satuan output dan satuan inputnya.
BAB III
KESIMPULAN

1.. Keputusan mengenai lokasi harus diambil perusahaan sesekali saja, biasanya karena permintaan yang telah melebihi kapasitas pabrik yang ada atau karena perubahan produktivitas tenaga kerja, perubahan nilait tukar, biaya-biaya, dan sikap masyarakat setempat. Pilihan-pilihan dalam lokasi meliputi : Tidak pindah, tetapi memperluas fasilitas yang ada; Mempertahankan lokasi sekarang dan menambahkan fasilitas lain di tempat lain atau; Menutup fasilitas yang ada atau pindah ke lokasi lain.
2. Manajemen persediaan merupakan salah satu topik yang sangat terkait dengan tujuan manajemen operasi, yaitu meminimalkan total biaya dan meningkatkan service level. Mengapa demikian? karena dengan mengelola persediaan dengan tepat perusahaan akan meraih keduanya sekaligus. Jika rata-rata level persediaan dapat diturunkan maka secara tidak langsung salah satu komponen biaya produksi dapat ditekan, yang berujung pada peningkatan margin keuntungan. Satu aspek lainnya yang dapat dicapai dengan pengelolaan persediaan yang tepat adalah service level kepada pelanggan meningkat, atau minimal tidak turun.
3. Perencanaan MRP ini mencakup semua kebutuhan akan semua komponen MRP yaitu kebutuhan material, dimana terdapat dua fungsi dengan diterapkannya MRP yaitu Pengendalian persediaan dan Penjadualan produksi. Sedangkan tujuan dari MRP itu sendiri adalah untuk menentukan kebutuhan sekaligus untuk mendukung jadwal produksi induk, mengendalikan persediaan, menjadwalkan produksi, menjaga jadwal valid dan up-to date, serta secara khusus berguna dalam lingkungan manufaktur yang kompleks dan tidak pasti.
4. Manajemen rantai pasokan dulunya berawal dari urusan logistik militer, sangat berperan dalam menentukan kemenangan perang, terutama pada perang dunia kedua. Ketika jaman perang sudah lewat, teknik logistik ini sangat terpakai pada urusan pengiriman barang. Di sini terjadi kerjasama antara perusahaan pengiriman dengan gudang, dan pengaturannya mulai dilakukan oleh pihak ketiga.
5. Saat memutuskan sebuah lokasi,manajemen mungkin tergiur dengan tingkat upah yang rendah pada suatu daerah. Dengan tingkat pendidikan yang rendah atau kebiasaan kerja yang buruk, pekerja yang tidak terlatih mungkin bukan merupakan hal yang baik bagi perusahaan walaupun upahnya rendah. Demikian pula pekerja yang tidak dapat atau tidak konsisten dalam bekerja tidak memberikan kebaikan bagi organisasi walaupun upahnya rendah.
6. manajemen mutu adalah gabungan semua fungsi manajemen, semua bagian dari suatu perusahaan dan semua orang ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan kepuasan pelanggan. Definisi lainnya mengatakan bahwa manajemen mutu merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. Manajemen mutu merupakan sistem manajemen yang berfokus pada pada orang/ karyawan.
7. Produktivitas adalah transformasi input – output dikatakan baik bila ada produktivitas (perbandingan antara output dengan input). Produktivitas meningkat membuktikan prosesnya semakin efisien.Bagaimana cara meningkatkan produktivitas?